KEGEMBIRAAN terpancar pada para santri Darul Hijrah pada saat Idul Adha 1441 H. Mereka bisa ikut terlibat langsung dalam menangani hewan-hewan kurban yang telah disembelih.
Seperti yang berlangsung di Darul Hijrah kampus Surabaya. Pada hari Jumat, 31 Juli 2020, bertepatan hari Idul Adha, disembelih enam ekor sapi. Maka para santri yang merupakan peserta didik SMP, ikut membantu memisahkan daging-daging dari tulang. Khusus untuk proses yang sulit, seperti penyembelihan dan pengulitan, dilakukan para ustadz dan petugas yang membantu.
Tetapi saat penyembelihan kambing pada hari Sabtu, 1 Agustus 2020, para santri juga ikut dalam kegiatan pengulitan. Hanya penyembelihan dilakukan para ustadz. Pada saat itu disembelih empat ekor kambing.
Lantas sama seperti saat penyembelihan sapi, pada penyembelihan kambing ini para santri terlibat sampai pemisahan daging dan tulang. Kemudian untuk pencacahan tulang, dilakukan para santri senior. Para santri juga terlibat dalam pengolahan daging untuk pembuatan sate.
Di kampus Taman Dayu, Pasuruan, juga terlihat hal sama. Para santri ikut terlibat dalam sebagian kegiatan penyembelihan hewan kurban. Tetapi berbeda dengan kampus Surabaya, untuk proses sapi yang telah disembelih ditangani peserta didik SMA. Sedang peserta didik SMP menangani proses lebih lanjut kambing yang telah disembelih.
Sebagaimana diketahui, di kampus Taman Dayu, Pasuruan, ini terdapat dua tingkat peserta didik: SMP dan SMA. Dengan demikian untuk masing-masing tingkat pendidikan diberi tugas berbeda-beda. “Baik untuk penanganan sapi atau kambing, merupakan ajang pembelajaran untuk santri SMP dan SMA,” jelas Ust. Hilmi yang bertugas di kampus Taman Dayu, Pasuruan.
Ia pun mengatakan, kegiatan para santri terus berlanjut saat pengolahan daging kambing. Para santri yang tergabung dalam kelompok kepanduan, mengikuti lomba bakar sate dan penyajiannya. Untuk bumbunya disediakan pesantren. “Untuk setiap kelompok dinilai dalam hal rasa dan proses penyajiannya,” kata Ust. Hilmi.
Di kampus Taman Dayu, Pasuruan, ini disembelih tujuh ekor sapi dan sembilan kambing.
Lantas apakah masih ada “rasa sedih” bagi santri kelas 1 yang mulai merasakan kehidupan pondok dengan terpisah dari orang tua?
“Ingat di rumah saat begini sih ya pasti ingat. Tetapi kita di sini kan akhirnya terhibur dengan kegiatan penyembelihan yang ada di pondok,” sebut Istighfaril Akbar, santri SMP kelas 1 di kampus Surabaya yang berasal dari Bojonegoro.
Hal sama disampaikan Baihaqi Mubarok, santri SMP kelas 1 kampus Surabaya. Santri dari Manggarai Barat (Pulau Flores), NTT, ini, terlihat ikut gembira bersama teman-temannya membantu penanganan hewan kurban. Faril dan Mubarok ikut pemisahan daging dan tulang pada kurban sapi, dan pengulitan hewan kurban kambing.
Tentunya para santri ini ikut bergembira ketika pada akhirnya mereka menikmati makan sate yang daging dan prosesnya mereka tangani sendiri. (*)