DH-Surabaya: Tujuh pengelola, pengajar, dan staf Ma’had Darul Hijrah di tujuh kota hari Rabu, 8 Juli 2020, mengikuti Rapat Kerja Gabungan Pengelola Ma’had Tahfidzul Quran Darul Hijrah, di Kampus Darul Hijrah Surabaya. Tujuh ma’had tersebut terdiri atas Darul Hijrah Surabaya, Pasuruan, Bangkalan, Gresik, Tuban, Pamekasan, dan Probolinggo.
Rapat kerja yang diberi tema “Konsolidasi Pengelola untuk Sukses Program Ma’had” ini berlangsung selama satu hari. Tujuannya untuk melakukan standarisasi pengelolaan lembaga, sistem, dan SDM di Darul Hijrah.
Menurut Ketua Yayasan Darul Hijrah Surabaya yang juga Mudir Ma’had Tahfidzul Quran Darul Hijrah, Ust. Ihya Ulumuddin, SPd.I, rapat kerja ini disebut gabungan karena masing-masing yang hadir bertindak sebagai pengelola. Ini juga terkait dengan semakin berkembangnya Darul Hijrah yang telah menyebar di tujuh kota.
“Rapat kerja kali ini kita adakan lebih bersifat formal karena sudah terdapat tujuh pengelola Darul Hijrah, dibanding sebelumnya peserta rapat hanya terdiri atas sedikit orang. Dulu kita bisa bertemu secara informal untuk membahas sesuatu, yang pesertanya hanya terdiri atas ketua yayasan, sekretaris, dan bendahara,” kata Ust. Ihya.
Dengan berkembangnya Darul Hijrah saat ini, sedari awal sudah harus dibentuk standarisasi pengelolaan, sistem, dan kualifikasi SDM di Darul Hijrah. Diharapkan dengan adanya standarisasi ini, maka sistem pendidikan, pengelolaan, bahkan kesejahteraan di Darul Hijrah di setiap kota sama.
“Dengan demikian, diharapkan nantinya setiap Darul Hijrah tidak ada merasa saling unggul. Juga para ustadz yang ditugaskan ke masing-masing Darul Hijrah tidak ada yang merasa enggan karena di setiap Darul Hijrah pengelolaan dan sistemnya sama,” sebut Ust. Ihya.
Dalam pengarahannya, Pembina Yayasan Darul Hijrah Surabaya, Ust. Abdul Rahman mengingatkan rapat kerja ini sebagai bentuk mensyukuri nikmat kepada Allah swt dengan mempertanggungjawabkan apa yang diberikan Allah. Artinya, para pengelola diharapkan dapat mengelola ma’hadnya dengan baik melalui perencanaan dan manajemen yang baik.
Untuk itu, diharapkan para pengelola melihat apa yang telah berlangsung di masa lalu dan mengevaluasinya. Kemudian memperbaikinya di masa mendatang.
“Apa-apa yang kurang baik di masa lalu diperbaiki. Kalau pengelolaannya masih sama saja, bangkrut kita. Itu yang diajarkan dalam agama kita,” ucap Ust. Rahman.
Untuk itu jangan sampai pengelolaan Darul Hijrah ini kita berjalan mundur. Kalau itu terjadi, berarti responsnya negatif. “Kita harus membangun image positif. Dalam membangun DH ini jangan separuh-separuh, apalagi seperempat. Kita harus all-out, berkomitmen kuat dalam mengembangkan DH. Jika kita telah melakukan semacam itu, berarti kita juga telah membangun peradaban Islam, mengantarkan anak-anak kita menjadi manusia beriman yang menguasai Al-Qur`an dan Sunnah,” kata Ust. Abdul Rahman. (*)