DH-Surabaya: Para santri SMP di Darul Hijrah Surabaya, Bangkalan, dan Gresik telah dipulangkan ke rumah masing-masing sejak Senin, 23 Maret 2020 terkait instruksi pemerintah agar para pelajar belajar di rumah sehubungan merebaknya wabah penyakit Corona. Namun demikian sejak keberadaan mereka di rumah, kegiatan tahfidz tidak berhenti. Para santri langsung melanjutkan hafalan Al-Qur`an-nya, dan menyetorkannya ke pembimbing halaqahnya.
Cara penyetoran hafalan dilakukan secara online. Ada yang menyetorkan dengan cara video call, dan ada yang melalui telepon. “Tergantung bagaimana santri mengontak pembimbing halaqahnya. Ada yang melalui video call, ada yang melalui telepon. Umumnya yang menelepon musyrif para santri pada saat mereka sudah siap dengan hafalannya,” kata Ust Rouf Nur Huda, Masul Tahfidz Kampus DH Surabaya.
Kegiatan setoran berlangsung setiap hari usai pelaksanaan shalat fardhu di pondok. Santri kelas 1 menyetorkan antara setengah halaman sampai satu halaman Al-Qur`an. Kelas 2 satu halaman, dan kelas 3 antara 1 halaman sampai 2 halaman.
Namun demikian tidak seluruh santri menyetorkan hafalan. Ada santri yang melaporkan murajaah kepada musyrif. “Yang melaporkan murajaah adalah para santri yang sudah mencapai target hafalan. Mereka hanya diminta melaporkan kegiatan murajaahnya pada hari itu,” sebut Ust. Rouf.
Sebagaimana diketahui untuk santri SMP, sampai akhir tahun pembelajaran di kelas 1 para santri harus sudah hafal 5 juz Al-Qur`an. Di akhir pembelajaran kelas 2, hafal 11 juz. Akhir pembelajaran kelas 3, hafal 15 juz. “Jadi jika ada santri yang sudah menyelesaikan target hafalannya sebelum akhir tahun pembelajaran, mereka hanya diminta melaporkan murajaahnya.”
Ust. Rouf menyebutkan, kondisi kampus Surabaya saat ini dalam keadaan kosong, karena para santri memilih kembali ke rumahnya masing-masing. Domisili para santri ada yang dari Palu, Sorong, dan Batam.
“Pondok memberi pilihan, mereka boleh pulang sesuai instruksi pemerintah agar para pelajar belajar di rumah. Tetapi sekiranya para santri memilih tetap tinggal di pondok, mereka diperkenankan. Hanya saja, jika mereka tetap berada di pondok, mereka berada dalam kondisi diisolasi. Harus selalu berada di dalam pondok, sebagaimana instruksi pemerintah agar semua orang selalu berada di dalam rumah.”
Kampus Bangkalan
Santri di Kampus Bangkalan tidak seluruhnya memilih kembali pulang. Separuh santri memilih tetap tinggal di pondok. “Keinginan untuk tinggal di pondok bukan disebabkan para santri domisili asalnya jauh. Justru santri yang berasal dari Samarinda dan Sulawesi memilih untuk pulang,” kata Ust. Afrizal Sembiring, Kepala Akademik dan Kesekretariatan Pesantren Darul Hijrah Kampus Bangkalan.
Ia menyebutkan, pilihan para santri untuk tetap tinggal di pondok berasal dari keinginan orang tuanya. Dengan keberadaan mereka berada di pondok, maka kegiatan hafalan Al-Qur`an langsung dibimbing musyrifnya sebagaimana biasa. Tetapi para santri yang memilih pulang, setoran hafalan dilakukan secara online.
“Umumnya para santri menyetorkan hafalannya melalui video call,” kata Ust Afrizal.
Kampus Gresik
Di Gresik seluruh santri memilih pulang ke rumahnya. Umumnya mereka berasal dari kota-kota di Jawa Timur. Terjauh dari Batam.
Kegiatan setoran dilakukan secara video call. Waktu yang ditetapkan, bakda Subuh sampai pukul 06.30. Bakda Asyar sampai menjelang Maghrib.
“Setiap santri menyetorkan hafalannya setiap hari, memilih antara dua waktu yang ditetapkan pondok,” kata Ust. Faris, staf Pendidikan Formal Kampus Gresik.
Di kampus itu ada empat musyrif. Masing-masing musyrif membimbing antara 8 sampai 9 santri. Saat ini santri di Gresik baru ada sampai kelas 2. (*)