DH-Surabaya: “Santri harus bisa selalu bersikap sigap, sebagaimana menjadi kebiasaan Rasulullah SAW. Santri kalau ditanya, hendaknya menjawab dengan tegas. Sebagaimana tentara, kalau ditanya atasannya selalu menjawab, ‘Siap.’ Jika sedang diberi taushiah oleh para ustaz, hendaknya bersikap menyimak dengan seksama. Tidak bersikap ngantukan atau lesu,” demikian disampaikan Mudir Pesantren Darul Hijrah Ust. Ihya Ulumuddin saat Silaturahim Syawal dengan para santri di Kampus Darul Hijrah Surabaya, Selasa (18/6/2016).
Ust. Ihya Ulumuddin memberi contoh, Rasulullah jika berjalan tampak seperti berlari. Kalau sedang menuju peperangan, selalu berada terdepan. Ini karena ketika hendak menunggangi kudanya, senantiasa sang kuda dalam keadaan berjalan.
Ia mengatakan, saat melaksanakan ibadah puasa yang selalu, umat muslim berharap mendapat ampunan dari Allah SWT serta mendapat gelar takwa. Insya Allah dengan puasa yang kita lakukan yang lalu, kita sudah mendapat ampunan dari Allah. Tinggal sekarang membuang dosa-dosa antar-sesama teman. “Untuk itu kita sekarang kita saling bermaaf-maafan,” katanya.
Sebagai bagian dari menjalankan semangat bulan Ramadhan, para santri diminta untuk menjaga semangat bersedekah. “Kalau santri masih bersikap pelit, atau kembali menjadi pelit, perlu dipertanyakan ibadah puasanya,” ucap Ust. Ihya.
Ditegaskan juga, para santri perlu selalu menjaga sikap sabar. Santri harus bisa menahan amarah. Jangan ada pertengkaran dan perkelahian di antara santri.
“Jangan ada santri yang bersikap ngamukan kalau disuruh piket malam dan sebagainya,” ujar Ust. Ihya.
Selanjutnya hikmah dari setelah menjalankan Ramadhan adalah mudah bersikap memaafkan kesalahan teman atau orang lain. “Para santri jangan bersikap seperti orang yang mudah tersulut amarah, serta sulit memaafkan orang lain,” kata Ust. Ihya Ulumuddin. (*)