DH-Surabaya: Di saat sebagian besar santri sedang menikmati liburan semester dan bercengkerama dengan keluarga, mulai tanggal 20 Desember 2020 sampai 2 Januari 2021, ternyata ada sejumlah santri masih berada di pondok. Mereka tidak pulang dengan berbagai alasan, baik karena faktor alasan pribadi atau karena terkena aturan pondok.
Yang tidak pulang karena terkena aturan pondok adalah mereka yang tidak bisa mencapai target hafalan Al-Qur`an sampai Desember 2020. Alasan lain, daerah asal santri yang jauh. Umumnya berasal dari luar Jawa. Juga terkait dengan pendeknya masa liburan.
“Waktu liburan sekarang tanggung. Sayang dengan biaya dan pengeluaran lain di jalan,” kata Fadel Muhammad Ramadani. Santri asal Balikpapan ini menyebutkan, kalau ia pulang ke Balikpapan biasanya naik pesawat. Dalam kondisi pandemi sekarang, biaya transportasi mesti bertambah lagi dengan ketentuan harus melakukan rapid test. Maka itu ia memilih tidak pulang.
“Sebenarnya rindu juga dengan orangtua di saat liburan ini. Tetapi tidak apa-apa, sayang dengan biayanya kalau waktu liburnya pendek seperti saat ini,” katanya. Ia mengatakan, untuk mengobati rindu dengan orangtua dilakukan dengan saling bertelepon dengan orang tua.
“Saya memilih tetap berada pondok sekaligus menemani sepupu yang juga tidak pulang,” ucap Fadel, dengan menyebut nama sepupunya, Muhammad Fuadi Azhar, yang juga berasal dari Balikpapan.
Namun alasan lain disampaikan Muhammad Aqshal. Santri asal Kendari ini memilih tidak pulang, selain sebagaimana disampaikan teman-temannya, menyebut, kerinduan dengan orangtua sudah terobati pada tahun ini ketika para santri dipulangkan oleh pondok pada akhir Maret 2020 saat pandemi Corona merebak. “Ketika para santri dipulangkan oleh pondok, kita sudah sempat berada di rumah selama lebih dari 3 bulan. Maka itu pada saat liburan semester ini saya memilih tetap tinggal di pondok.”
Alasan tidak pulang karena sudah pernah pulang lama saat awal Corona merebak, juga dipilih Muhammad Abdul Basith asal Sorong dan Musyafa Hadi Romadhon asal Manokwari. “Waktunya sekarang tanggung. Sayang dengan biayanya jika hanya sebentar berada di Sorong,” kata Basith.
Santri lainnya di kampus Surabaya yang tidak pulang adalah: Fatih Abdurrahman (Balikpapan), Muhammad Fadil (Palopo, Sulawesi Selatan), Arif Rahmatullah (Lombok Barat), Ye’anazul Rozak (Lombok Timur), dan Abdulrahim (Makasar).
Mereka mengatakan, pada saat tidak pulang ini waktunya diisi dengan murojaah dan berolahraga. “Kita berolah futsal dan bulutangkis. Juga memancing. Semua kegiatan ini ditemani ustadz yang masih berada di pondok,” kata Abdurrahim. (*)