TARGET penghafalan Al-Quran saat lulus di tingkat SMP/MTs Mahad Darul Hijrah sebenarnya 15 juz, tetapi santri kelas 3 ini sampai semester ganjil saja telah menyetorkan hafalan sebanyak 30 juz. Kok bisa? “Sebenarnya saya sudah mulai menghafalkan Al-Quran sejak duduk di kelas 1 SD,” kata Ahmad Irsyadi Kamal, santri di kampus Surabaya.
Ia menjelaskan, saat lulus SD dirinya sudah memiliki hafalan 7 juz. Sisanya diselesaikan secara bertahap mulai kelas 1, 2, dan 3 di bangku SMP.
“Waktu kelas 1 SMP sudah bisa menambah 7 juz lagi. Kelas 2 tambah 10 juz, kemudian sampai akhir semester ganjil yang lalu sudah bisa menuntaskan setoran sampai 30 juz,” jelas Irsyadi, nama panggilannya.
Tetapi santri kelahiran Pacitan, 5 Agustus 2007 ini menjelaskan, walaupun telah memiliki hafalan 7 juz saat lulus SD, tetap dilakukan setoran ulang terhadap juz yang sudah dihafal saat di kelas 1 SMP. Namun alhamdulillah, ia masih bisa menambah 7 juz lagi.
Ia mengatakan, dengan telah selesainya melakukan setoran sebanyak 30 juz di semeter ganjil, maka di semester genap saat ini tinggal melakukan murojaah, sekaligus menghafalkan matan dan tajwid. Demikian juga, saat duduk di bangku SMA/MA nanti ia tinggal memperdalam hafalan sekaligus memperdalam ilmu Al-Quran.
Anak Buruh Bangunan
Saat duduk di sekolah dasar, Irsyadi bersekolah di SD Hajar Aswad di Pacitan, Jawa Timur. Ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan. Juga diselingi sebagai petani dengan menanam padi. Sementara sang ibu mengajar di TK Hajar Aswad.
Ketika memulai menghafal Al-Quran di kelas 1 SD berawal dari inisiatif sendiri. Untuk memenuhi keinginan Irsyadi tersebut, orang tuanya lantas mencarikan seorang guru ngaji. Tetapi siapa nyana, kehadiran Irsyadi kepada guru ngaji tersebut justru kemudian melahirkan lembaga Rumah Tahfizh “Nurul Falah”.
“Waktu saya belajar ngaji dan menghafal di guru ngaji tersebut, santrinya baru saya sendiri. Kemudian adik saya ikut ngaji di situ. Setelah itu, sang guru ngaji membuka pendaftaran untuk anak-anak lainnya,” jelas Irsyadi.
Setelah yang mengaji di tempat guru ngaji itu cukup banyak, selanjutnya sang guru ngaji membuka Rumah Tahfizh yang dinamakan Nurul Falah. Saat Irsyadi lulus SD, yang belajar di Rumah Tahfizh tersebut sekitar 70 anak.
“Dorongan saya menghafal Al-Quran untuk membahagiakan dan membuat senang orang tua,” kata Irsyadi.
Ia bercita-cita akan terus memperdalam Al-Quran. Jika lulus SMA/MA nanti ingin belajar di Perguruan Tinggi Wadi Mubarok di Bogor. “Mungkin ilmunya tentang Al-Quran dan hadis,” ucap Irsyadi. (*)